Suasan Desa Serawet, Kecamatan Likupang, Kabupaten Minahasa Utara yang sehari-hari jauh dari keramaian Rabu 21 Maret 2012, tiba-tiba berubah heboh. Seorang wanita ML alias Maria, berlari ke rumah warga dengan membawa kabar suaminya terluka parah di perkebunan.
Ketika itu matahari baru saja terbenam, kabar mengejutkan disambut kecemasan dan penasaran warga yang langsung menuju perkebunan. Sebagian kemudian menghubungi perangkat desa dan anggota polisi terdekat. Di perkebunan yang letaknya jauh dari permukiman, warga menemukan sosok lelaki yang diketahui bernama Yosua Jurmudi itu terbujur kaku di tanah sekitar pondoknya. Tak jauh dari
Sebilah pisau masih menancap di dada lelaki berusia 52 tahun itu.
Darah segar dari luka dasyat itu membanjiri tubuh petani malang itu. Sebagian polisi yang tiba di lokasi langsung melakukan rutinitas prosedur pengolahan tempat kejadian perkara (TKP).
Ada ceceran darah dari mayat korban yang ditelusuri mengarah tak jauh dari pondok, mungkin sekitar 20 meter. Di akhir ceceran darah itu makin membanjir. Kepada polisi, Maria mengungkapkan suaminya terpeleset jatuh dan pisau yang dibawanya menikam dirinya sendiri. Polisi kemudian mengevakusi mayat Yosua ke RSUP Malalayang bersama istri Yosua. Tak ada gurat kesedihan dari wajah wanita berusia 40 tahuan dan beranak empat itu.
Rupanya gelagat tak wajar dari seseorang yang baru kehilangan pasangan hidupnya itu membawa kecurigaan dari polisi. Apalagi dari jejak darah hingga beberapa meter dari pondok di perkebunan merupakan tanda tanya bagi polisi.
Dalam pemeriksaan awal, wanita itu mengaku suaminya tertancap pisaunya sendiri saat jatuh di kebun. Ketika itu suaminya dan dirinya bersama seorang putranya bermaksud pulang dari kebun.
Namun alibi Maria kandas, ketika polisi mengorek latar belakang kehidupan keluarganya yang tak harmonis. Selama bersama suaminya, Maria mengaku sering disiksa. Sungguh menyakitkan, apalagi kalau pasangan hidupnya itu pulang dalam keadaan mabuk. Tak jarang Maria harus menjadi sansak hidup pelampiasan kemarah suaminya.
Akhirnya Maria mengakui kalau dirinya tegah menghabisi suaminya lantaran tak tahan disiksa. Suaminya ditikam disaksikan putra sulungnya saat berjalan meninggalkan pondok. Yosua petani kelapa yang menahan sakit dengan pisau masih menancap di dada dengan terseok-seok berusaha kembali ke pondok hingga dijemput ajal.
Sementara putra sulung pasangan itu yang harus menjadi saksi hidup aksi sadis tersebut berada di puncak kebimbangan. Dirinya tak bisa menolong ayahnya dan tak sanggup menghianati ibunya. Air mata tak bisa dibendung dari perasaan bersalah yang mendalam dari lelaki itu.
Ternyata dibalik sikap tegar tanpa penyesalan dari Maria, dirinya puas melampiaskan apa yang ditanggungnya selama ini. Pukulan demi pukulan yang diterima dari orang yang dicintainya terbalas sudah dengan satu tikaman mematikan.(***)
(Sebuah kisah dari kejadian sebenarnya di Likupang 21 Maret 2012.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar