Kenyataannya aku tak pandai bermain kata. Aku ingin seperti ombak yang
tanpa berbicara, tapi gerakannya terdengar tegas, membentak penuh emosi.
Seperti angin berhembus halus seakan sayup-sayup membisikan kata-kata teduh....
Selamat bertemu...
Ku cari titik tuk mengakhiri, setiap dapat ku tak bisa berhenti, Ku mau berhenti tapi aku tak bisa temukan titik, Bagaimana mengakhiri ini tanpa titik....
Rabu, 25 Juli 2012
Mutiara
Lebih sulit mempertahankan kesabaran, dari pada terbakar emosi yang bisa
meledak sewaktu-waktu dengan pemicu sekecil apapun....
Mutiara
Terkadang kejenuhan menyerang tiba-tiba. Tapi tak ku sesali pilihan ini.
Untung ada malam yg setia menghapus kejenuhan ini dan menghibur....
Mutiara
Terjebak dalam
mimpi tak berakhir, coba membuka mata tapi tak bisa bangun. Gelisah tak mau
menjauh dari ku, oh.. malam cepatlah berlalu, oh.. siang lekaslah terbenam.
Berganti hari, bulan menyambut tahun beralih masa...
Mutiara
Terkadang
karena sibuk mengejar impian, kita lupa diri kita sendiri. Sesekali cobalah
tengok ke belakang dan sekeliling maka kita akan tahu posisi dan tujuan kita.
Jumat, 22 Juni 2012
Mutiara
Apa
yang kita kerjakan sehari-hari adalah menguji dan berusaha menebar kasih.
Hari-hari yang kita lewati penuh ujian akan kasih, itulah proses menuju dewasa
...
Senin, 11 Juni 2012
Hasrat Memuncak, Nyawa Perawan Jadi Tebusan
Sesosok gadis cantik ditemukan dalam keadaan tak
beryawa di bawa Jembatan Sungai Liwason,
Desa Teep, Amurang, Minahasa Selatan, Senin
21 Mei 2012 pagi hari sekitar pukul 10.00 WITA . Dalam waktu singkat kabar penemuan
mayat tak beridentitas itu tak hanya menggemparkan Amurang tapi hingga seantero
Sulawesi Utara.
Entah siapa gadis ini, tetapi siapa pun pelakunya oleh warga telah
dicap sadis dan tidak berperikemanusian karena tegah menghilangkan nyawa
manusia bahkan membuangnya begitu saja. Sementara itu jauh dari Minahasa
Selatan, tepatnya di Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi, Minahasa Utara,
pasangan Megi Rumambi dan Jeffy Panelewen kebingungan putri kesayangannya Wanda Virtha Panelewen (17) tak kunjung pulang
sejak Minggu 20 Mei 2012 malam.
Dengan rasa khawatir yang mendalam dan panik, Megi mendatangi
Polres Minut untuk melaporkan putrinya itu dibawa kabur oleh temannya lelaki
Nelson Kouru (27) yang tinggal di wiayah Dimembe. Pasalnya setahu mereka, Wanda
siswi kelas tiga SMA Unklab itu belakangan ini sering jalan dengan lelaki yang
kerja di Papua itu. Bahkan ketika dihubungi tante dari Wanda, Nelson mengakui
jalan namun hanya meninggalkan gadis cantik itu di ujung Desa Sawangan.
Di Sentral Pelayanan Kepolisian (SPK) Polres Minut, polisi menyodorkan
surat kabar yang headlinen-nya terpampang seorang gadis tanpa identitas
ditemukan di sungai Desa Teep. Seakan tak percaya, namun penasaran dan khawatir
Megy mencoba meyakinkan diri bahwa itu bukan anaknya. Namun atas saran polisi
Megy diminta ke ruangan jenasah RSUP Kandou untuk memastikan temuan mayat itu.
Bagai disambar geledek, Jeffry saat menatap tubuh tergujur kaku
itu ternyata adalah memang putrinya Wanda. Setelah memastikannya, polisi
bertindak cepat menahan Nelson yang hampir saja kabur. Apalagi di dompet lelaki
itu sudah ada tiket keberangkatan pada Kamis 24 Mei.
Lelaki itu sendiri awalnya bungkam karena masih teguncang dengan
tindakan yang diambilnya berakibat fatal. Namun belakanan beberapa jam kemudian
Nelson akhirnya mengakui perbuatannya. Nelson menjemput
Wanda di rumahnya untuk jalan-jalan, Minggu 20 Mei 2012 malam sekitar pukul
20.00 WITA. Dari rumah lelaki itu membawa siswi SMA itu dengan mobil Xenia
berwarna biru muda bernomor polisi DB 4904 QL menuju Airmadidi. Ketika itu
kedua bermaksud makan di salah satu rumah makan yang ada di Airmadidi, namun
karena tutup, akhirnya mereka melanjutkan perjalanan melewati Minawerot
kemudian memutar di perempatan Kauditan dan kembali melalui jalan by pas.
Selanjutnya lelaki bertubuh tinggi besar, berkulit putih itu membawa Wanda ke
Desa Tanggari dan berbalik berhenti di perbatasan dengan Desa Sawangan.
Rupanya tersangka selama perjalanan terus merayu
korban untuk melakukan hubungan badan. Tetapi korban bersih kukuh tak mau
melayani rayuan lelaki itu. Di mobil itu Wanda sudah meminta diturunkan namun
tetap tak dikasih olehnya. Saat itu gadis cantik itu berusaha melarikan diri.
Tak mau kesempatan itu hilang begitu saja, Nelson mengejar Wanda dan berhasil
menangkap wanita itu. Dalam kesunyian malam di perkebunan yang jauh dari
pemukiman warga, Wanda tetap pada pendiriannya. Bahkan wanita itu dengan sekuat
tenaga memberi perlawanan mendorong Nelson sampai jatuh hingga kakinya luka.
Nelson tak mau berhenti di situ, kembali bangkit dan berhasi mengejar Wanda.
Kali ini karena gadis itu terus berteriak, Nelson nekat membekap mulutnya
dengan telapak tangan. Wanda memang memberikan perlawanan gigih, ia nekat
menggigit telapak tangan Nelson yang besar itu hingga luka. Nelson kemudian
berusaha membanting Wanda, namun wanita itu tak kalah gigihnya memberikan
perlawanan hingga keduanya jatuh. Lelaki itu cepat bangkit dan mencekik leher
gadis SMA Klabat tersebut untuk selanjutnya melampiaskan nafsunya. Pada
detik-detik menjelang hayatnya, Wanda masih terus memberikan perlawanan dengan
mencakar leher Nelson. Celakanya tindakan Nelson berakibat fatal. Cekikannya
telah menewaskan wanita yang diincarnya itu. Nah, luka-luka yang dialaminya
itulah kemudian menjadi petunjuk bagi polisi.
Sadar kalau wanita itu tak berdaya lagi, Nelson
kemudian menghentikan cengkramannya. Lelaki itu tak yakin kalau nyawa Wanda
telah melayang. “Kita memang mo bagitu pa dia mar nda jadi lantaran so mati.
Kita terpaksa cekik dia lantaran terus bataria,” aku Nelson. Dia mencoba
menggoyang-goyang tubuh wanita itu supaya bangun tetapi tak tetap tak bergerak.
Akhirnya Nelson menuju pancuran kecil untuk membersihkan tubuhnya. Selesai
membersihkan diri, dia kembali ke tempat tubuh Wanda tergeletak dan beberapa
saat menatapnya sambil berpikir untuk membuang mayat wanita itu. Selain itu
lelaki tersebut mencari dompetnya yang jatuh saat berjibaku. Ketika itu dompet
tidak ditemukan, namun dia malah menemukan sepasang sandal berwarna biru milik
wanita itu yang kemudian diletakannya di bawa pohon.
Selanjutnya lelaki bertubuh besar itu mengangkat
mayat gadis cantik tersebut dan diletakan dalam mobil. Mayat Wanda
kemudian dibawa ke Amurang, sekitar pukul 23.00 WITA. Saat menuju
Amurang, Nelson sempat dua kali singgah untuk mengisi bensin. Sampai di jembatan
Sungai Liwason, Desa Teep, Amurang, lelaki itu kemudian membuang mayat Wanda ke
air. Uniknya saat kembali, Nelson sempat mengangkut empat penumpang yang turun
di Manado dan Bandara. Dari Bandara tersangka menuju rumahnya, namun di
Jembatan Desa Mapanget, dirinya membuka dan mebuang handphone milik waanita itu
setelah membalas SMS dari tempat gadis cantik itu.
Dalam hasil otopsi memang tidak ditemukan luka
pada alat vital korban. Menuru dokter forensik wanda memang masih perawan.
Forensik memastikan kalau penyebab kematian Wanda memang akibat cekikan di
lehernya.(*)
Selasa, 24 April 2012
Pisau Maut di Tengah Perkebunan Serawet
Suasan Desa Serawet, Kecamatan Likupang, Kabupaten Minahasa Utara yang sehari-hari jauh dari keramaian Rabu 21 Maret 2012, tiba-tiba berubah heboh. Seorang wanita ML alias Maria, berlari ke rumah warga dengan membawa kabar suaminya terluka parah di perkebunan.
Ketika itu matahari baru saja terbenam, kabar mengejutkan disambut kecemasan dan penasaran warga yang langsung menuju perkebunan. Sebagian kemudian menghubungi perangkat desa dan anggota polisi terdekat. Di perkebunan yang letaknya jauh dari permukiman, warga menemukan sosok lelaki yang diketahui bernama Yosua Jurmudi itu terbujur kaku di tanah sekitar pondoknya. Tak jauh dari Sebilah pisau masih menancap di dada lelaki berusia 52 tahun itu.
Darah segar dari luka dasyat itu membanjiri tubuh petani malang itu. Sebagian polisi yang tiba di lokasi langsung melakukan rutinitas prosedur pengolahan tempat kejadian perkara (TKP). Ada ceceran darah dari mayat korban yang ditelusuri mengarah tak jauh dari pondok, mungkin sekitar 20 meter. Di akhir ceceran darah itu makin membanjir. Kepada polisi, Maria mengungkapkan suaminya terpeleset jatuh dan pisau yang dibawanya menikam dirinya sendiri. Polisi kemudian mengevakusi mayat Yosua ke RSUP Malalayang bersama istri Yosua. Tak ada gurat kesedihan dari wajah wanita berusia 40 tahuan dan beranak empat itu. Rupanya gelagat tak wajar dari seseorang yang baru kehilangan pasangan hidupnya itu membawa kecurigaan dari polisi. Apalagi dari jejak darah hingga beberapa meter dari pondok di perkebunan merupakan tanda tanya bagi polisi.
Dalam pemeriksaan awal, wanita itu mengaku suaminya tertancap pisaunya sendiri saat jatuh di kebun. Ketika itu suaminya dan dirinya bersama seorang putranya bermaksud pulang dari kebun. Namun alibi Maria kandas, ketika polisi mengorek latar belakang kehidupan keluarganya yang tak harmonis. Selama bersama suaminya, Maria mengaku sering disiksa. Sungguh menyakitkan, apalagi kalau pasangan hidupnya itu pulang dalam keadaan mabuk. Tak jarang Maria harus menjadi sansak hidup pelampiasan kemarah suaminya. Akhirnya Maria mengakui kalau dirinya tegah menghabisi suaminya lantaran tak tahan disiksa. Suaminya ditikam disaksikan putra sulungnya saat berjalan meninggalkan pondok. Yosua petani kelapa yang menahan sakit dengan pisau masih menancap di dada dengan terseok-seok berusaha kembali ke pondok hingga dijemput ajal.
Sementara putra sulung pasangan itu yang harus menjadi saksi hidup aksi sadis tersebut berada di puncak kebimbangan. Dirinya tak bisa menolong ayahnya dan tak sanggup menghianati ibunya. Air mata tak bisa dibendung dari perasaan bersalah yang mendalam dari lelaki itu. Ternyata dibalik sikap tegar tanpa penyesalan dari Maria, dirinya puas melampiaskan apa yang ditanggungnya selama ini. Pukulan demi pukulan yang diterima dari orang yang dicintainya terbalas sudah dengan satu tikaman mematikan.(***)
(Sebuah kisah dari kejadian sebenarnya di Likupang 21 Maret 2012.)
Ketika itu matahari baru saja terbenam, kabar mengejutkan disambut kecemasan dan penasaran warga yang langsung menuju perkebunan. Sebagian kemudian menghubungi perangkat desa dan anggota polisi terdekat. Di perkebunan yang letaknya jauh dari permukiman, warga menemukan sosok lelaki yang diketahui bernama Yosua Jurmudi itu terbujur kaku di tanah sekitar pondoknya. Tak jauh dari Sebilah pisau masih menancap di dada lelaki berusia 52 tahun itu.
Darah segar dari luka dasyat itu membanjiri tubuh petani malang itu. Sebagian polisi yang tiba di lokasi langsung melakukan rutinitas prosedur pengolahan tempat kejadian perkara (TKP). Ada ceceran darah dari mayat korban yang ditelusuri mengarah tak jauh dari pondok, mungkin sekitar 20 meter. Di akhir ceceran darah itu makin membanjir. Kepada polisi, Maria mengungkapkan suaminya terpeleset jatuh dan pisau yang dibawanya menikam dirinya sendiri. Polisi kemudian mengevakusi mayat Yosua ke RSUP Malalayang bersama istri Yosua. Tak ada gurat kesedihan dari wajah wanita berusia 40 tahuan dan beranak empat itu. Rupanya gelagat tak wajar dari seseorang yang baru kehilangan pasangan hidupnya itu membawa kecurigaan dari polisi. Apalagi dari jejak darah hingga beberapa meter dari pondok di perkebunan merupakan tanda tanya bagi polisi.
Dalam pemeriksaan awal, wanita itu mengaku suaminya tertancap pisaunya sendiri saat jatuh di kebun. Ketika itu suaminya dan dirinya bersama seorang putranya bermaksud pulang dari kebun. Namun alibi Maria kandas, ketika polisi mengorek latar belakang kehidupan keluarganya yang tak harmonis. Selama bersama suaminya, Maria mengaku sering disiksa. Sungguh menyakitkan, apalagi kalau pasangan hidupnya itu pulang dalam keadaan mabuk. Tak jarang Maria harus menjadi sansak hidup pelampiasan kemarah suaminya. Akhirnya Maria mengakui kalau dirinya tegah menghabisi suaminya lantaran tak tahan disiksa. Suaminya ditikam disaksikan putra sulungnya saat berjalan meninggalkan pondok. Yosua petani kelapa yang menahan sakit dengan pisau masih menancap di dada dengan terseok-seok berusaha kembali ke pondok hingga dijemput ajal.
Sementara putra sulung pasangan itu yang harus menjadi saksi hidup aksi sadis tersebut berada di puncak kebimbangan. Dirinya tak bisa menolong ayahnya dan tak sanggup menghianati ibunya. Air mata tak bisa dibendung dari perasaan bersalah yang mendalam dari lelaki itu. Ternyata dibalik sikap tegar tanpa penyesalan dari Maria, dirinya puas melampiaskan apa yang ditanggungnya selama ini. Pukulan demi pukulan yang diterima dari orang yang dicintainya terbalas sudah dengan satu tikaman mematikan.(***)
(Sebuah kisah dari kejadian sebenarnya di Likupang 21 Maret 2012.)
Mutiara
Hidup ini penuh dgn pilihan, tapi yang kita butuh sebenarnya keberanian menentukan pilihan dan menjalaninya.
Rabu, 04 April 2012
Selasa, 27 Maret 2012
Selasa, 13 Maret 2012
Minggu, 11 Maret 2012
Mutiara
Kekalahan bukanlah akhir dari pertandingan. Tapi jika kau gagal, janganlah cepat putus asa. Tidak ada salahnya jika seketika lihat ke belakang utk merefleksikan diri. Belajar dari kejatuhan, sebelum maju kembali itulah kemenangan dan keberhasilan sesungguhnya...
Mutiara
Lari atau sembunyi bukan jalan keluar menyelesaikan masalah. Sebaliknya akan jatuh dan terperosok lagi dalam ketakutan. Hadapilah tantangan itu sebagai kesatria bijak yang lebih mendewasakan diri kta. Jadikanlah kegagalan itu sbg cambuk untuk bangkit dan maju lagi...
Minggu, 04 Maret 2012
Mutiara
Keberhasilan bukan terukur dari hasil yang kita dapat, tapi perjuangan yang kita lakukan merupakan proses dalam kehidupan. Maka jangan heran kalau dalam proses itu banyak warna-warni yang kita kuaskan. Selamat Hari Minggu, GBU
Sabtu, 25 Februari 2012
9 Tahun Membawa Panji Panas Namun Santun
Ku awali dengan langkah nekad di dunia yang belum pernah ku tapaki.
11 tahun merangkai kata, tersusuri jalan keras dan cadas
dinamika hidup..
Terjalin perkenalan lebut dan keras, langgeng, singkat
bermakna ..
Tertuang dalam cerita dinamika kehidupan, penuh trik,
intrik,
Mengungkap rahasia, kenyataan, kejahatan, kebaikan, tragedi
dan syukur, sanjungan, ..
Terkemas sebagai catatan yang menjadi kabar...
Menundang berbagai reaksi mendidih dan sejuk
Tanpa terasa sudah sembilan tahun ku melangkah bersama panji
Harian Metro.
Membawa dinamika hidup yang panas, namun tertulis santun..
Jumat, 17 Februari 2012
Galau
Detik terus berdetik, entah berapa lama ku menerawang..
Tanpa satu aksara pun berhasil ku ukir...
Walau tak mampu lagi ku tampung semua lukisan itu dalam otak ku
Sampai akhirnya malam makin meninggi
Dingin menusuk lamunan...
Tanpa satu aksara pun berhasil ku ukir...
Walau tak mampu lagi ku tampung semua lukisan itu dalam otak ku
Sampai akhirnya malam makin meninggi
Dingin menusuk lamunan...
Kamis, 16 Februari 2012
Senin, 30 Januari 2012
Tumatenden
Sembilan mata air di Airmadidi Bawah melambangkan sembilan bidadari yang datang mandi di Tumatenden. Konon mata air sembilan bidadari ini diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Pemandian sembilan bidadari ini airnya tak pernah surut meski kamarau panjang. Berdasarkan cerita rakyat Kelurahan Airmadidi Bawah, konon lokasi ini merupakan lokasi tempat mandi sembilan bidadari yang turun dari kayangan ke bumi.
Di mana sebelum bumi didiami beribu-ribu tahun lalu, setiap selesai berburu, Mamanua selalu singgah di tempat pemandian itu. Nah, pada suatu hari, salah seorang pesuruh melapor pada Mamanua bahwa tempat pemandian itu kotor. Mamanua pun marah mendengar kabar itu. Karena penasaran siapa yang berani melakukan hal itu, Mamanua kemudian menelusurinya.
Setelah menunggu di tempat tersembunyi dekat tempat pemandian itu, Mamanua akhirnya mendengar bunyi angin ribut dari arah timur. Bunyi angin itu semakin lama semakin mendekat. Saat itu juga tampak sekelompok burung balam putih berjumlah sembilan ekor di tempat pemandian. Kesembilan ekor burung itu kemudian berubah menjadi sembilan putri cantik bersayap putih.
Selanjutnya sembilan putri itu melepas sayap mereka dan mandi di kolam itu. Lantaran penasaran dan rasa cinta pada putri-putri itu, Mamanua langsung menyembunyikan salah satu sayap putih itu.
Calaka, sayap putri bungsu hilang sehingga ia tidak dapat terbang kembali kekayangan. Para putri lain pun tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolong adik mereka yang bernama Lumalundung. Mamanua kemudian datang membujuk Lumalundung untuk tinggal bersamanya. Mamanua kemudian memperistrikan Lumalundung dan memperoleh anak yang diberi nama Walansendow.
Waktu terus berjalan, suatu ketika saat Lumalundung sedang menyusui Walansendow, Mamanua melihat banyak kutu di kepala istrinya. Tanpa disuruh, Mamanua langsung mencari kutu, bahkan mencabut tiga helai rambut Lumalundung. Sebenarnya hal ini tidak boleh terjadi karena merupakan pantangan bagi Lumalundung. Bekas rambut yang tercabut itu langsung mengeluarkan darah tanpa henti. Mamanua bingung langsung berlari keluar rumah. Nah di saa itu Lumalundung menemukan sayapnya yang hilang. Lumaundung langsung memakainya dan terbang ke angkasa.
Kepergian Lumalundung merupakan suatu kesedihan yang mendalam bagi Mamanua dan Walansendow.
Langganan:
Postingan (Atom)